Mari kita jujur. Saat matahari lagi panas-panasnya, kita semua merengek ingin hujan. Tapi giliran hujan datang, kita langsung berubah jadi kaum rebahan garis keras. Inilah esensi dari musim hujan di Indonesia, dan kenapa dia sebenarnya adalah bestie kita yang paling tahu diri—selain Mie Instan rasa Soto, tentu saja.

doc. bikin mie disekolah pas lagi jujan2nya

The Real MVP: Selimut dan Kopi (atau Mi Rebus)

Musim hujan itu kayak alarm yang otomatis menyetel mode hibernasi massal. Dingin-dingin begini, siapa coba yang betah pakai celana jeans? Yang ada, kita auto ganti piyama flanel favorit, tarik selimut paling tebal (yang kadang bau apek karena nggak sempat dijemur), dan mencari spot rebahan terenak.

Ditambah suara rintik hujan yang konon katanya adalah “musik alam”, padahal itu adalah soundtrack paling efektif buat bikin mata kita 10 watt. Kalau sudah begini, pekerjaan kantor, deadline, bahkan janji ketemu gebetan bisa mendadak terlupakan. Sumpah, kalau ada penghargaan untuk “Kegiatan Paling Produktif di Musim Hujan”, jawabannya pasti: Tidur.

 

Kisah Klasik Si Jemuran yang Tak Kunjung Kering

Ini adalah drama harian yang dialami setiap  musim hujan.

Pagi: Lihat ke langit, agak mendung tapi ada celah cerah. “Ah, aman. Jemur!” Siang: Baru 15 menit zoom meeting, suara petir menggelegar. Sore: Lari maraton angkat jemuran sambil ngomel ke langit, “Hujan, kamu tuh maunya apa, sih?!”

Akhirnya, kita berakhir dengan ritual menyetrika pakaian dalam dengan tingkat kekeringan 80% dan aroma khas “lembab”. Tapi tenang, ini adalah tanda kita sudah melewati perjuangan heroik seorang Laundry Warrior. Setidaknya, kita jadi lebih menghargai peran sang Surya. Tanpa dia, kita semua akan hidup dikelilingi pakaian yang seolah eternal damp.

 

Eksistensi Payung dan Jas Hujan yang Penuh Komedi

Jas hujan. Benda ajaib yang harganya murah tapi fungsinya… hmmm. Ada dua tipe pengguna jas hujan:

  • Tim Perfeksionis: Memakai jas hujan lengkap, helm full face, sarung tangan. Begitu berhenti buat pakai, eh, hujannya langsung berhenti. Prank dari alam semesta.
  • Tim Nekat: Cuma pakai jas hujan bagian atas, celana basah kuyup. Atau yang lebih epik, pakai payung sambil naik motor. Hasilnya? Badan kering, tapi kaki dan tas sekolah basah kayak habis renang.

Dan payung. Benda yang hanya diingat setelah kita berada 10 meter dari pintu rumah, sudah terlanjur kena gerimis manja.

 

Hujan: Filosofi Receh si Pembuat Kenangan (dan Baper)

Banyak yang bilang hujan itu romantis. Bikin rindu. Bikin baper. Kenapa? Karena saat hujan, kita biasanya cuma bengong lihat ke luar jendela. Dan otak kita, si iseng, mendadak memutarkan playlist kenangan.

  • Kenangan mantan? 1%.
  • Kenangan Indomie kuah rasa kari ayam dicampur irisan cabai rawit dan telur setengah matang? 99%.

Intinya, musim hujan memang penuh lika-liku (termasuk liku-liku genangan di jalan), tapi dia juga penuh momen chill. Dia memaksa kita untuk sedikit melambat, menikmati kehangatan sederhana di rumah, dan yang paling penting memberi kita alasan yang sah untuk tidak keluar rumah dan cuma rebahan seharian.

Jadi, mari kita sambut musim hujan ini. Pasang selimut, nyalakan kompor, dan mari kita rayakan kemalasan yang dilegalkan oleh alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *